SPIRITKAWANUA – Pakar politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menduga penyebab turunnya elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto karena publik bosan dengan politisi senior tersebut. Penurunan elektabilitas Menhan terungkap dalam hasil survei terbaru Indopol Survey & Consulting.
Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, memberikan keterangan pers usai menggelar rapat di Kertanegara, Jakarta, Jumat, 24 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis.
“Prabowo Subianto dianggap tokoh lama ya, tokoh senior di Pilpres sudah berjalan 15 tahun, dari Pilpres 2009 dan seterusnya. Di sinilah publik melihat sepertinya dibutuhkan tokoh dan tokoh baru di Pilpres,” kata Ujang saat dihubungi Tempo, Sabtu, 16 Juli 2022.
Dugaan ini muncul karena elektabilitas tokoh politik yang relatif baru, seperti Anies Baswedan dan Pranowo, justru mengalami peningkatan elektabilitas yang signifikan.Apalagi, preseden Prabowo yang selalu kalah dalam pemilihan presiden yang diikutinya, disinyalir juga menambah kejenuhan masyarakat terhadap Prabowo.
“Prabowo sudah maju tiga kali dan selalu kalah. Dan tingkat elektabilitasnya sudah mentok di Pilpres lalu. Karena itu, saat ini kemungkinan kalau tidak naik hanya akan stagnan atau turun,” kata Ujang.
Sebelumnya, hasil survei Indopol menyebutkan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto masih menempati posisi tiga besar calon presiden potensial pada Pilpres 2024.Namun, hasil survei menunjukkan elektabilitas Prabowo menurun signifikan, sementara elektabilitas Ganjar dan Anies meningkat.
Jika Ganjar menggunakan simulasi terbuka, elektabilitasnya 17,89 persen; atau meningkat 3,91 persen dari survei Juni 2022 sebesar 13,98 persen.
Sedangkan Anies 16,42 persen atau naik 6,01 persen dari survei Juni 2022 sebesar 10,41 persen. Sementara Prabowo tertinggal 8,94 persen.
“Prabowo mengalami penurunan yang signifikan. Dibandingkan Januari 2022, elektabilitas Prabowo turun 6,91 persen dari 15,85 persen menjadi 8,94 persen,” kata Direktur Eksekutif Indopol Survey and Consulting Ratno Sulistiyanto, Jumat, 15 Juli 2022.
Jika menggunakan simulasi 16 nama, elektabilitas Ganjar 24,55%, Anies 20,41%, dan Prabowo 11,63%. Sedangkan jika menggunakan simulasi tiga nama, elektabilitas Ganjar sebesar 29,92%, Anies sebesar 24,96%, dan Prabowo sebesar 16,34.
Survei dilakukan pada 24 Juni – 1 Juli 2022 dengan jumlah sampel 1.230 responden per provinsi, dan margin of error +/- 2,8%. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Metodologi yang digunakan adalah metode multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95%.
Chartapolitika melakukan survei preferensi politik masyarakat di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Ketiga provinsi ini merupakan tempat pemungutan suara calon presiden dalam setiap pemilihan presiden. Prabowo menang hanya di Jawa Barat tapi kalah dari Ganjar di Jawa Tengah dan Timur
Prabowo mendapat 26,9% suara di Jawa Barat, disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (22%), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (19,5%), dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (15,2%).Kandidat lain berada di bawah angka 3 persen. Di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo unggul telak 71,5 persen, Prabowo 7,6 persen, dan Anies 6,2 persen.
Sementara di Jawa Timur, Ganjar meraih elektabilitas tertinggi sebesar 31,8 persen, disusul Anies Baswedan 17 persen, Khofifah Indar Parawansa 15 persen, Prabowo Subianto 15 persen, dan Puan Maharani 4,2 persen. Kandidat lainnya berada di bawah angka 3 persen.
Survei Charta Politica dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pada 24-30 Juni 2022 dengan total sampel 1.200 responden per provinsi dan margin of error (MoE) +/- 2,83 persen.
Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur dengan protokol kesehatan yang ketat. Metodologi yang digunakan adalah metode multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95%.
Jod.Ke