SPIRITKAWANUANEWS–Beredarnya video penyampaian Wali Kota Manado, Andrei Angouw melalui angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan perbandingan Kota Manado dan Kepulauan Talaud menuai tanggapan yang di duga sengaja dipolitisir.
Video penyampaian untuk masyarakat Kota Manado itu di plesetkan sehingga menjadi multitafsir yang digiring ke ranah publik dan seakan orang nomor satu di Kota Manado ini, mendiskreditkan dan menghina masyarakat Kabupaten Talaud.
Video yang berdurasi 1 menit 23 detik ini, Wali Kota Manado mengatakan bahwa “nda usah jao-jao yang ibu/bapa ja lia dijalan badut-badut itu bukan orang manado, itu yang datang dari luar kota manado. Dorang datang kesini karena menjanjikan. Dorang nyanda babadut di talaud, nyanda mo dapa doi dorang,” tutur Wali Kota Andrei Angouw.
Sebagai aktivis dan mantan orator asal Kepulauan Nusa Utara (Talaud) Agus Darwanto menyatakan atas nama keadilan berpikir objektif dalam menanggapi video tersebut.
“Kita selaku anak negeri kelahiran Talaud, Orangtua masih hidup di Tanah Talaud, saudara kandung pun masih berkarya di Kabupaten Talaud pe harga diri sama sekali tidak terusik sejengkal pun atas pernyataan wali kota Andrei Angouw. Namun perbedaan pendapat senantiasa kita junjung tinggi,” tutur Yakang Agus Darwanto panggilan akrabnya.
Agus menambahkan, pemikir-pemikir handal di bumi Nusa Utara sudah terlahir jauh sebelum generasi ini lahir.
“Bahkan masih terus ditelurkan oleh semesta, salah satu langkah terpenting kemajuan peradaban Nusa Utara adalah mengasihani negeri dengan hati dan mengeksekusinya dengan integritas,” ungkapnya.
“Kedepan, ini juga menjadi pekerjaan rumah (PR) buat calon kepala daerah lainnya, selamatkan daerah untuk sedikit lebih baik, minimal di ranking yang tidak menjadi sasaran banding, sehingga terkesan pernyataan sensitif dan diskriminatif,” sambung Yakang Agust Darwanto.
Sementara itu, eks Sekda Talaud Adolof Binilang menyampaikan Struktur PDRB di Talaud didominasi sektor pertanian dan perikanan kurang lebih 42 persen, sementara sektor ini memang harus ditingkatkan ke depan produktivitasnya, nilai tambah, kendali harga sarana transportasi untuk efisiensi.
Sumber pendapatan perkapita memang tidak bisa dibandingkan karena sumber penerimaan dan pengeluaran berbeda, 27 jt pertahun perorang di Talaud mungkin cukup, 96 juta di Manado apakah cukup? Cukup tidaknya berkontribusi ke tingkat kemiskinan dan IPM.
“Tentang hal ini memang perlu kajian komprehensif dari banyak parameter pengukur. Tapi ini adalah data lembaga yang berkompeten, hal positif lah yang kita perlu jadikan motivasi ke depan,” kunci Adolof Binilang mantan Sekda Talaud.(***)