SPIRITKAWANUANEWS–Hampir setiap hari, wilayah Sario sering menjadi lokasi kemacetan panjang, khususnya di daerah seputar Pom bensin atau SPBU Sario. Hal itu diduga disebabkan adanya antrian kendaraan bermesin diesel yang berdempet-dempetan mengantri BBM Solar.
Terlebih, diduga kendaraan Truck dan mobil bermesin Diesel yang sering mengisi BBM Solar di SPBU tersebut milik para mafia solar dan sudah dimodifikasi tangkinya sehingga bisa mengisi BBM lebih dari kapasitas yang sudah ditentukan.
Pantauan media ini sekira pukul 13.47 WITA dan 18.45 WITA, Selasa (17/10) kemarin, kendaraan diesel dan sejumlah truck sudah mengantri menunggu jam pengisian BBM jenis solar bersubsidi. Secara kasat mata pun banyak dari kendaraan tersebut tangkinya sudah dimodifikasi.
Bukan tanpa alasan, modifikasi tangki dilakukan karena diduga adalah upaya mafia solar bersubsidi dengan cara mengisi sebanyak-banyaknya kemudian dijual kembali kepada penampung, tentunya dengan harga yang sudah dalam kesepakatan.
Mirisnya, petugas SPBU disinyalir melakukan pembiaran dan diduga bekerja sama dengan oknum-oknum tidak bertanggung jawab atau para mafia tersebut. Dan untuk memudahkan pembelian agar tidak dicurigai masyarakat, para mafia tersebut diduga menggunakan full card yang bukan miliknya bahkan satu orang bisa menggunakan lebih dari satu kartu kendali yang telah dibarcode.
Sumber di lapangan mengaku, ada keuntungan yang didapatkan oknum petugas SPBU disaat para mafia ini melakukan ‘penyedotan’ Solar Bersubsidi tersebut. “Kalo biasanya per liter Rp6.800, dong ja beking Rp7.200 sampe Rp7.300 satu liter. Depe selisih itu so tau toh for sapa (untuk petugas SPBU),” ungkap sumber.
Ketika ditanya berapa liter yang biasa disedot para mafia tanah setiap harinya, sumber mengaku setiap hari lebih dari 3500 liter yang diambil para mafia solar. “Ada banyak, Lebe dari tiga ribu kalo hitung setiap hari,” sebutnya.
Hal itu tentunya masuk kategori tidak wajar dan merugikan masyarakat yang notabene membeli solar untuk keperluan transportasi sehari-hari atau untuk angkutan umum. Hal seperti ini nampaknya perlu diberikan atensi khusus oleh pihak berwajib karena telah merugikan masyarakat Sulut.
Kasus mafia solar seperti ini nampaknya sudah menjadi masalah di Bumi Nusantara, dilansir RRI.co.id, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria, meminta pemerintah menyatakan perang terbuka terhadap mafia bahan bakar minyak (BBM) subsidi, khususnya jenis solar. Karena, sepak terjang mereka telah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dikatakan Sofyano, disparitas harga antara harga BBM bersubsidi jenis solar sebesar Rp 6.800/liter dengan harga solar non subsidi yang rata-rata di kisaran Rp 18.000/liter di pasaran, pasti akan menarik perhatian para mafia BBM untuk memperoleh solar bersubsidi dengan cara apapun.
“Jadi, sepanjang disparitas harga yang jauh berbeda, menjadikan BBM ini menjadi ladang basah para mafia,” kata Sofyano, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ironisnya, dengan “alasan” inflasi pemerintah seakan tidak berdaya mengurangi besaran subsidi pada solar, sehingga subsidi solar selalu menjadi beban pada APBN dan membuat pemerintah terengah-engah dengan beban itu.
“Seharusnya pemerintah secara tegas dan berkelanjutan menyatakan perang terbuka terhadap mafia BBM solar subsidi dan menjatuhkan sanksi yang berat kepada pelakunya,” katanya. (rgm)