SPIRITKAWANUANEWS — Jumlah pengangguran di Indonesia cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir, semenjak mencapai puncak tertinggi di awal pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta orang pada Agustus 2023. Jumlah ini berkurang sekitar 560 ribu orang atau 6,77% dibanding Agustus 2022.
Di Kota Manado sendiri seperti rilis yang dikeluarkan BPS, pertumbuhan ekonomi (PE) secara umum dari 15 kabupaten kota di Sulawesi Utara mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi 2023 dibandingkan pada tahun 2022.
Adapun 5 besar kabupaten kota yang tertinggi secara presentasi, Kota Bitung 5.66 persen, Kabupaten Minahasa 5.55 persen, Kabupaten Minahasa Selatan, 5.54 persen, Kota Manado 5.52 persen dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 5.43 persen dan dari kelima daerah tersebut bisa kita lihat ada 4 daerah yang diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh 5.48 persen.
Pengamat ekonomi Sulut, Dr Joy Tulung mengatakan ada empat daerah yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara, salah satunya Kota Manado.
“Bisa dikatakan ke empat daerah tersebut memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2023. Kota Bitung 5.66 persen, Kota Manado 5.52 persen, Kota Kotamobagu 5.40 persen dan Kota Tomohon 5.32 persen,” tukas Tulung yang juga diketahui sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Manado.
Pertumbuhan ekonomi di Kota Manado menurut Tulung ada perlambatan 0,08 persen. Akan tetapi, menurut Tulung perlambatan pertumbuhan ekonomi itu tidak signifikan.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Kota Manado dalam angka 0,08 persen menurut Tulung masih dalam tahap wajar. Hal tersebut dikarenakan Kota Manado merupakan pusat perekonomian di provinsi Sulawesi Utara.
“Penurunan Itu wajar karena Kota Manado adalah ibukota provinsi dimana akan menjadi daya tarik bagi masyarakat Sulawesi Utara berbondong-bondong ke Kota Manado.
Fenomena semakin terkonsentrasinya penduduk di kota tidak lepas dari ekonomi aglomerasi. Pemusatan kegiatan ekonomi di kota, menciptakan pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan dengan di desa. Hal ini mendorong terjadinya migrasi penduduk desa ke kota. Permasalahannya adalah ketika tingkat migrasi desa ke kota melebihi jumlah lapangan kerja baru yang tersedia. Situasi ini dalam jangka panjang menyebabkan surplus tenaga kerja yang kronik di kota. Surplus tenaga kerja berarti tingkat pengangguran di kota cenderung tinggi dibandingkan di daerah pedesaan,” urainya.
Akan tetapi, jika dilihat dari data angka pengganguran dari tahun ke tahun, Kota Manado tambah Tulung mengalami penurunan yang sangat signifikan.
“Pada tahun 2020, tingkat pengangguran di Kota Manado mencapai 13,88 persen, lalu turun tajam menjadi 12,17 persen di tahun 2021. Namun, yang paling menonjol adalah angka terbaru yang dirilis, dengan tingkat pengangguran hanya sebesar 10,47 persen di tahun 2022. Tahun 2023 angka pengganguran di Manado turun drastis menjadi 8,85 persen. Artinya, dalam tiga tahun terakhir Kota Manado mengalami penurunan tingkat pengangguran yang signifikan dari 12,17 menjadi 8,85,” jelasnya.
Sementara itu, Astrid Kumentas, Staf Khusus Walikota Manado berpendapat, terlalu berlebihan mengatakan pertumbuhan ekonomi Manado paling lambat se Sulut.
“Betul Manado sedikit mengalami perlambatan 0.08% dari tahun sebelumnya tapi bukan berarti bisa dikatakan paling lambat. Apalagi pertumbuhan ekonomi kita masih menyentuh angka 5.52%,” katanya.
Penurunan angka pertumbuhan ekonomi ini salah satu disebabkan oleh ditutupnya beberapa ritel nasional yang beroperasi di Manado. Dalam hal ini Pemkot Manado justru mampu menunjukan kepiawaiannya dalam menyiapkan lapangan kerja. Penutupan ritel-ritel skala besar ini justru berbanding terbalik dengan angka pengangguran yang justru mengalami penurunan,” ucapnya.
Kebijakan pemerintah Kota Manado dalam membuka investasi dan menyiapkan lapangan pekerjaan terlihat mampu menekan angka kemiskinan di Kota Manado.
“Saat ini investasi di Manado lagi naik dan angka kemiskinan turun sampai 8 persen. PDRB naik, pelayanan publik semakin maksimal, fasilitas publik semakin baik dan angka harapan hidup bertambah. Secara makro inilah indikator utama pertumbuhan ekonomi, Manado yang semakin maju kotanya dan sejahtera warganya, ” tutupnya. (**/rgm)