Wednesday , 13 November 2024

BKN Minta Masyarakat Tidak Terjebak SSCASN Palsu.

SPIRITKAWANUA – Badan Kepegawaian Negara (BKN) Republik Indonesia mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dengan situs yang mengatasnamakan Sistem Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (SSCASN).

Hal tersebut disampaikan BKN melalui akun media sosial resminya, salah satunya Twitter, terkait informasi wajib hadir SSCASN pada 25 Juli 2022.

“Apabila kalian menemukan pesan berantai melalui whatssap atau media lain terkait dengan absensi keaktifan seleksi PPPK 2022, Mimin nyatakan bahwa berita tersebut HOAKS,” tulis @BKNgoid, Senin (25/7/2022).

Hingga saat ini, belum ada kebijakan baru terkait PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), dan BKN belum pernah mengeluarkan arahan mengenai wajib hadir PPPK pada 25 Juli 2022.

“Selain itu website dengan alamat sscasn.com bukan website resmi BKN,” imbuh mereka.

SSCASN merupakan website resmi pendaftaran ASN nasional, sebagai pintu pendaftaran pertama seleksi ASN ke seluruh instansi baik pusat maupun daerah.

Situs ini dikelola oleh BKN RI selaku Panitia Seleksi Masuk Nasional, yang dapat diakses di https://sscasn.bkn.go.id

BACA JUGA  KTP Sakti Jadi Program Unggulan Capres dan Cawapres Ganjar-Mahfud

Perkembangan digitalisasi juga ditandai dengan maraknya berita bohong, misinformasi, atau hoaks. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih sadar akan pentingnya menyaring informasi sebelum membagikannya di internet.

“Sharing itu adalah definisi tentang kita. Apa yang kita sharing, adalah definisi tentang saya,” kata Werner Saus Manggut, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI).

Jangan sampai kita dirugikan karena jari-jari kita tidak bisa ditahan untuk berbagi informasi di internet. “Oleh karena itu, kita harus saring dulu sebelum berbagi,” ujarnya.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), tantangan dalam memberantas hoaks dan disinformasi adalah penyebarannya lebih cepat dari yang bisa diklarifikasi.

“Ada penelitian menunjukkan bahwa hoaks itu tersebar enam kali lebih cepat daripada klarifikasi informasinya,” kata Antonius Malau, Plt. Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika, Kemkominfo

Jadi, menurut Anthonius, dalam live streaming Filter Before Sharing di Vidio literasi digital kembali menjadi kunci untuk memerangi penyebaran hoax di internet.

BACA JUGA  Area Persawahan: Potensi, Tantangan, dan Solusinya

“Harapannya dengan literasi digital ini, masyarakat semakin tercerdaskan, terliterasi, secara pemanfaatan teknologi, pemanfaatan informasi, dapat memilih informasi yang benar, mana yang hoaks, mana yang informasi,” ujarnya.

Dengan literasi digital, menurut Anthonius, tidak akan mudah bagi masyarakat untuk ikut menyebarkan informasi yang tidak benar atau hoax.

Lebih lanjut Anthonius mengatakan, Kemenkominfo menggunakan seluruh saluran yang ada untuk melakukan literasi digital.

“Namun, pendekatan yang tatap muka itu lebih meyakinkan dan biasanya, informasi yang disampaikan lebih dapat dicerna, dimaknai, oleh para audiens,” kata Anthonius.

Selain itu, pelaku media siber online juga harus menjadi sumber terpercaya dalam mengklarifikasi informasi. “Peran media untuk menyapu bersih apa yang kita anggap sampah digital, salah satunya hoax,” kata Wesselaus.

Wenceslaus juga mengakui bahwa penyebaran hoaks lebih cepat dari klarifikasinya.

BACA JUGA  Strategi Pergerakan Radikal: Menempuh Cara yang Kontroversial

“Dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan klarifikasi, itu lebih dari cukup bagi sebuah konten hoaks, untuk meresap lebih cepat dan membuat kerusakan,” Wenceslaus berkata, “Jadi, model klarifikasi konvensional tidak cukup.”

Wenceslaus juga mengatakan bahwa masyarakat akan mencari klarifikasi kebenaran informasi di media arus utama, jika ada informasi yang terlihat seperti “banjir” dan diragukan.

“Karena itu edukasinya, bukan hanya ke publik, bukan hanya ke media, tetapi juga ke para pemasang iklan. Karena seringkali iklan mereka nyasar ke tempat-tempat hoaks atau hate speech tanpa mereka tahu,” kata Wenseslaus.

Wesselaus juga mengatakan bahwa literasi bagi perusahaan media juga penting. AMSI juga banyak melakukan program literasi konten, literasi bisnis di media, dan cara membersihkan ekosistemnya.

“Kami ingin supaya ekosistem yang sekarang ini, tidak memberi banyak insentif, kepada hal-hal yang kita anggap receh, ke hal-hal yang kita anggap trafiknya gede,” kata Wenseslaus.

Jod.Ke

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published.