SPIRITKAWANUA – Perdebatan tentang definisi resesi kembali mengemuka setelah Amerika Serikat (AS) mencatat kontraksi pertumbuhan. Benarkah negara adidaya itu resmi memasuki resesi hanya karena ekonominya mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut?
Isu resesi di AS sangat kuat menjelang pengumuman ekonomi AS, terutama setelah Presiden AS Joe Biden menegaskan negaranya tidak dalam resesi meski ekonomi terus melambat.
“Ada begitu banyak omongan dari (pelaku pasar) Wall Street dan pengamat mengenai apakah kita tengah resesi. Dalam pandangan saya, kami tidak dalam keadaan resesi,” kata Biden, seperti dikutip CNN International.
Pernyataan Biden itu langsung ditanggapi oleh orang banyak di Twitter. Banyak meme atau troll di Twitter menggambarkan Biden enggan mengakui bahwa negaranya sedang dalam resesi. Namun, tak sedikit yang menganggap pernyataan Biden itu benar.
Dilansir dari World Economic Forum, tidak ada definisi tunggal tentang resesi yang bisa diterima secara global dan oleh semua kalangan.
Salah satu pemahaman tentang resesi yang disepakati banyak pihak adalah dari ekonom Julis Shiskin. Dalam artikelnya tahun 1974 di The New York Times, Shiskin mendefinisikan resesi sebagai ketika pertumbuhan suatu negara mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Dengan pemahaman tersebut, perekonomian AS resmi memasuki resesi karena negeri Paman Sam tersebut mencatatkan kontraksi pertumbuhan dalam dua kuartal berturut-turut, yakni pada kuartal I 2022 yaitu minus 1,6% (year on year/yoy) dan kuartal II 2022. , kontraksi minus 1,6%. 0,9%
Berbeda dengan Shiskin, yang mendefinisikan resesi dengan cara yang lebih sederhana, Biro Riset Ekonomi Nasional AS (NBER) mendefinisikan resesi sebagai:”pelemahan aktivitas ekonomi secara signifikan dan bertahan dalam beberapa bulan. Pelemahan tersebut biasanya terlihat jelas dalam tingkat produksi, ketenagakerjaan, pendapatan, dan indikator lain. Resesi akan diawali dengan aktivitas ekonomi yang mencapai puncaknya dan berakhir saat saat ekonomi sebuah negara mulai jatuh ke palung terdalamnya”.
Impek ke RI
Merujuk pada pemahaman NBER, banyak ekonom, termasuk mantan ekonom Fed Claudia Sahm, mengatakan bahwa AS belum memasuki resesi, meskipun secara teknis sudah memasuki resesi.
Sahm mengatakan ada sejumlah indikator penting yang tidak terpenuhi untuk mengatakan AS sudah dalam resesi
“Ada banyak indikator untuk mengukur mulai dari konsumsi melandai, orang kehilangan pekerjaan, menurunnya investasi, dan sektor industri yang terus melemah. Sejumlah indikator memang ada yang terpenuhi tetapi tidak semua,” tuturnya kepada TIME.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah membantah bahwa negaranya berada dalam resesi. Menurutnya, fakta bahwa AS masih mampu menciptakan 400.000 lapangan kerja per bulan menjadi bukti bahwa AS tidak sedang mengalami resesi.
“Resesi, adalah pelemahan ekonomi kita yang luas yang mencakup PHK besar-besaran, penutupan bisnis, ketegangan dalam keuangan rumah tangga dan perlambatan aktivitas sektor swasta,” Yellen mengatakan di CNBC International,Jumat (29/7/2022).
World Economic Forum menjelaskan bahwa sinyal paling awal dan paling jelas dari kejadian ini adalah penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Kondisi ini akan menimbulkan efek domino, mulai dari pengangguran yang meningkat tajam hingga konsumsi yang menurun.
Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF), resesi di negara maju biasanya berlangsung sekitar satu tahun. Menurut data NBER, rata-rata resesi berlangsung selama 11 bulan.
Penyebab resesi sangat beragam, mulai dari guncangan ekonomi yang mendadak, seperti pandemi Covid-19 atau perang.
Indonesia dan sebagian besar negara di dunia akan memasuki ambang resesi pada 2020-2021 setelah pandemi Covid-19 menghancurkan sektor ekonomi dan kesehatan.
Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi selama setahun pada periode II-2022 hingga triwulan I tahun 2021. Badan Pusat Statistik mencatat akibat pandemi, 1,77 juta orang juga kehilangan pekerjaan untuk sementara, sedangkan 24,03 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja.
Penyebab lain dari resesi adalah lonjakan inflasi dan suku bunga yang tinggi. Suku bunga yang tinggi juga dapat menciptakan resesi karena dapat melemahkan daya beli, membebani debitur, dan melambungkan bunga pinjaman.
Resesi telah melanda Amerika Serikat beberapa kali, seperti pada 1950-an dan 1980-an.
Lonjakan harga minyak mentah pada 1970-an membuat inflasi melonjak, yang menyeret dunia ke dalam resesi.
Inflasi yang tinggi ini dikhawatirkan akan menyeret dunia kembali ke dalam resesi. Sejumlah negara mencatatkan inflasi yang sangat tinggi akibat melonjaknya harga komoditas pangan dan energi.
Inflasi AS mencapai 9,1% (yoy) pada Juni tahun ini atau tertinggi dalam 41 tahun.
Penyebab lain dari resesi adalah pecahnya gelembung aset di pasar saham atau resesi. Kasus subprime mortgage yang mengguncang pasar keuangan global pada tahun 2008 membawa AS ke jurang resesi pada tahun 2009.
Menurut catatan World Economic Forum, dunia telah jatuh ke dalam setidaknya empat periode resesi, yaitu 1975, 1982, 1991, dan 2009.
Sementara itu, menurut CNBC International, AS telah mengalami setidaknya 10 resesi sejak Depresi Hebat.
1. Resesi Roosevelt (Mei 1937 hingga Juni 1938
Resesi terjadi setelah Presiden Franklin Roosevelt memangkas pengeluaran pemerintah di tengah pemulihan ekonomi yang rapuh. Tingkat pengangguran melonjak menjadi dua puluh persen dan PDB berkontraksi menjadi sepuluh persen.
2. Pasca Perang Dunia II (Februari 1945-Oktober 1945)
3 Pasca perang Korea (Juli 1953-Mei 1954)
4. Recession of 1957-1958 (Agustus 1957 – April 1958)
Resesi dipicu oleh kebijakan moneter ketat untuk mengekang inflasi pada 1950-an. Selama periode ini, resesi global juga dilanda wabah flu Asia yang menewaskan 1,1 juta orang.
5. Resesi 1960-1961 (April 1960- Februari 1961)
7. Embargo minyak OPEC (November 1973-Maret 1975)
8. Periode 1980 (Januari 198-=Juli 1980)
9. Krisis energi (Juli 1981-November 1982)
10. Perang Teluk (Juli 1990-Maret 1991)
11. Resesi Dot.com (Maret 2001-November 2001)
Inflasi dipicu oleh gelembung spekulatif sebagai akibat dari meningkatnya valuasi ekuitas perusahaan berbasis teknologi.
12. Great Recession (Desember 2007-Juni 2009)
Resesi AS terbesar dan terpanjang setelah Depresi Hebat dipicu oleh kredit macet di sektor properti atau subprime mortgage.(Jod.Ke)